SURABAYA, bukasuara.net – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur dan Konsorsium Perguruan Tinggi Vokasi di Jawa menginisiasi pembentukan Teaching Factory (TeFa) dengan industri yang ada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik.
Langkah ini sebagai tindak lanjut upaya Kadin Jatim dalam mengimplementasikan amanat Presiden yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.
Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengungkapkan, TeFa adalah model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman praktik seperti situasi sesungguhnya pada dunia industri atau usaha kepada peserta didik, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan dunia industri atau usaha dengan pengetahuan yang dipelajari di institusi pendidikan dan atau lembaga pelatihan
“Pembentukan TeFa bersama industri terkait akan meningkatkan akses, mutu, dan relevansi penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja,” ungkap Adik Dwi Putranto di Surabaya, Jumat (17/5/2024).
TeFa ini juga bertujuan untuk membekali sumber daya manusia atau tenaga kerja dengan kompetensi untuk bekerja atau berwirausaha yang sesuai tuntutan industri dan pekerjaan dimasa depan (Future of Work – FoW).
Adik menegaskan, penerapan TeFa yang menjadi model pembelajaran dengan suasana industri yang diterapkan di sekolah vokasi baik di SMK maupun di Perguruan Tinggi Vokasi seharusnya dijalankan secara sinergi antara dunia industri dengan dunia pendidikan sehingga dapat memenuhi tuntutan kompetensi SDM di industri atau dunia kerja.
Untuk itu, Kadin Jatim bersama konsorsium perguruan tinggi dan Pemkab Gresik telah melakukan diskusi dengan pelaku usaha di Jatim. Tahap awal kami mengajak industri yang ada di kawasan JIIPE pada Minggu kemarin.
“Kegiatan tersebut untuk menyatukan konsep antara Kadin, Pemerintah Kabupaten Gresik, Perguruan Tinggi Vokasi, dan juga perusahaan di Gresik khususnya KEK dan JIIPE terkait dengan pembahasan kurikulum pendidikan vokasi untuk kebutuhan lapangan kerja,” tambahnya.
Diskusi juga membahas tentang apa saja kebutuhan lapangan yang dibutuhkan oleh perusahaan yang nantinya akan disesuaikan dengan pola pengajaran di Perguruan Tinggi Vokasi (PTV).
“Selain kompetensi keahlian dan kompetensi metodik atau hard skill, juga penting memperhatikan kompetensi individu dan sosial yang merupakan soft skill untuk membentuk SDM unggul dan berdaya saing,” tegasnya.
Oleh karena itu, Kadin Jatim terus mendorong konektivitas antara dunia pendidikan dengan dunia industri yang terintegrasi dengan baik. Kadin juga melaksanakan pelatihan setiap satu tahun sekali yaitu pelatihan tempat kerja untuk mencetak pelatih tempat kerja agar proses magang dapat berjalan dengan baik dan terstruktur.
“Kami serius menyiapkan SDM di Jatim untuk menuju Indonesia Emas di tahun 2045. Ini juga untuk menekan angka pengangguran yang ada di Jatim, khusunya dari lulusan SMK,” tukasnya.
Data Badan Pusat Statistik Jatim menunjukkan, hingga saat ini lulusan SMK memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi di Jawa Timur, yaitu sebesar 6,42%. Disusul lulusan SMA yang memiliki TPT sebesar 4,64%. Adapun TPT Jatim pada bulan Februari 2024 sebesar 3,74% atau turun 0,59% poin dibandingkan Februari 2023.
Sementara itu, Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah menyampaikan bahwa selama ini serapan SDM di Gresik masih tergolong rendah. Meski sudah ada peraturan daerah mengenai aturan penyerapan tenaga kerja lokal yang berkisar 60% pada perusahaan yang beroperasi di daerah Gresik, namun kenyataannya masih ditemukan permasalahan serapan ini.
“Dengan adanya JIIPE, kami berharap dapat terwujud, Kabupaten Gresik menjadi salah satu penopang utama ekonomi di Indonesia. MoU juga telah dilakukan dengan Mitra Industri, Harapannya tidak cukup pemagangan saja, namun juga bisa studi langsung di industri,” pungkas Aminatun Habibah.